Verrys 'Mahar' Yamarno Aktor Laskar Pelangi' Meninggal


Dunia perfilman Tanah Air berduka. Pemeran Mahar di "Laskar Pelangi", Verrys Yamarno, alias Verris ditemukan tewas misterius di tempat kos di Jalan Kramat V RT/RW 05/09 Nomor 13 Kelurahan Kenari, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. 

Jenazah artis yang kini berusia 18 tahun tersebut ditemukan sekitar pukul 14:30 WIB, Senin (12/1). Verris yang kuliah di Institut Kesenian Jakarta ditemukan terbujur kaku oleh kedua orang temannya, Zulfani Fasa dan M. Anugrah Setdiansyah. Hal ini disampaikan Kapolsek Metro Senen, Kompol Kasmono. 

"Menurut keterangan saksi Zulfani, dua hari yang lalu korban mengeluh sakit kepala pusing," sahut Kompol Kasmono. "Dia akan dibawa ke dokter, namun korban menolak. Sekitar pukul 08:00 pagi korban terlihat muntah-muntah." 

"Kemudian saksi pergi kuliah dan sekitar pukul 14:30 WIB, saksi kembali ke tempat kos," lanjut Kasmono. "Saksi melihat korban terlentang dan diraba korban sudah tidak bernafas atau meninggal." 

Saat ini jenazah telah dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk menjalani autopsi. Pihak berwenang masih menyelidiki penyebab pasti meninggalnya Verris. 

Verrys Lahir Di Desa Rasau, Gantong, Belitung. Bungsu dari dua bersaudara itu mencuri perhatian publik sebagai Mahar. Karakter tersebut kerap menyemangati Ikal saat sedang bersedih. Ia juga piawai menyanyi dan membawakan soundtrack "Laskar Pelangi", "Bunga Seroja", berkolaborasi dengan seniman musik Melayu, Marakarma. 

Mengenang Verrys "Mahar Laskar Pelangi" Yamarno, Calon Ustaz yang Jago Main Drum


Verrys Yamarno telah tiada. Namun, kenangannya di film Laskar Pelangi begitu melekat dalam ingatan bagi siapapun yang pernah menyaksikan kebolehan aktingnya. Di film itu, almarhum memerankan karakter Mahar dalam layar lebar yang diadaptasi dari novel laris karya penulis Andrea Hirata. 

Berikut sebuah kisah yang pernah ditulis Tabloidnova.com mengenai cita-cita dan lika-liku kehidupan Verrys Yamarno. 

Dengan radio yang selalu menggantung di lehernya, tokoh Mahar selalu terdepan untuk urusan seni. Ia pun senantiasa digambarkan ceria. Nah, karakter dan pembawaan itu tidak jauh berbeda dengan yang dimiliki Verrys. Namun, ada pula perbedaan antara Verrys saat ini dengan Verrys ketika menjadi Mahar. 

Tiga kali berkunjung ke Jakarta, tubuh Verrys terlihat lebih gemuk. Maklum, Verys selalu melahap apa saja yang dihidangkan. Apalagi jika sedang berada di Jakarta, jauh dari pengawasan ibunya. Padahal, selama shooting berlangsung, Verrys harus rela menahan napsu makannya agar tubuhnya tak melebar. 

"Waktu syuting, makananku memang dibatasi. Itu perintah langsung dari Mas Riri Riza, karena perannya, kan, jadi anak orang miskin. Masa anak orang miskin gemuk?" katanya sambil tertawa geli suatu ketika kepada tabloidnova.com. 

Dalam kesehariannya, bungsu dari dua bersaudara ini tak pernah lepas dari musik. Bahkan honor pertamanya dari LP, sebagian digunakan untuk membeli MP 4 Player dan seperangkat drum mainan. Maklum saja, Verrys sangat menggilai alat musik gebuk itu. 

"Maunya beli drum asli, yang sungguhan, tapi tak ada duit. Mahal nian," ujarnya dengan dialek Belitung yang khas. 

Saat berusia tujuh tahun, orangtua Verrys, Normala-M. Yamin bercerai. Sejak itu, ia tinggal bersama kakak dan ibunya di Desa Gantung, Belitung Timur. Namun, meski besar di keluarga yang tidak utuh, Verrys tumbuh sehat jasmani dan rohani. Yang jelas, ibunya mendidiknya cukup keras. 

Kehidupan mereka pun jauh dari mewah. Rumah kayu yang ditempati, belum dilengkapi saluran listrik. Malam hari, mereka mengandalkan lampu minyak sebagai penerangan. "Mau beli genset tapi tak ada duit. Mending ditabung untuk sekolah. Kalau malam, aku sering ngungsi ke rumah Nenek. Di sana suka nonton TV dan dengar musik," katanya. 

Siapa sangka, dalam kesederhanaan, Verrys justru bisa tumbuh menjadi anak yang sangat berbakat. Termasuk untuk urusan musik. "Aku suka lagu-lagu Chrisye, Ebiet G. Ade, dan Koes Plus. Aku juga suka Siti Nurhaliza. Semua lagu mereka indah," ungkap Verrys.

Sesekali, jika ada uang saku berlebih, bersama beberapa teman di kampungnya, ia patungan berlatih band di sebuah studio musik di kampung tetangga. Lalu, apa cita-cita Verrys? 

"Aku mau jadi ustaz!" jawabnya lantang. 

Mau main film lagi? 

"Aku, sih, tergantung Uma (ibu dalam bahasa Belitung, Red.) Kalau main film bisa bantu Uma mencari nafkah, ya, aku mau-mau saja. Yang penting Uma senang dan bahagia." 

Namun, sayang, kini cita-cita Verrys tinggal kenangan setelah ia ditemukan tak bernyawa di usianya yang ke-18, di kamar kosnya di Jalan Kramat V, Kenari, Senen, Jakarta Pusat, Senin (12/1/2015). 

Selamat jalan, Verrys ...

* Diantara semua pemain Laskar Pelangi, admin paling suka sama si Mahar ini..
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar